Ada sebuah peristiwa yang menggemparkan di 14 abad yang lalu, tepatnya pada tanggal 27 Rajab pada tahun ke 11 dari kenabian sebelum nabi Muhammad SAW hijrah ke madinah.
Peristiwa itu dinamakan “Isra’ Wal Mi’raj”. Sebuah peristiwa yang tidak bisa dicerna oleh akal kecuali akal yang telah di imankan.
Dalam peristiwa tersebut allah SWT. Telah menegaskan untuk membenarkan nabinya. Yang mana dijelaskan dalam Al-Qur’an
{سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ }
[Surat Al-Isra’: 1]
Artinya :
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya, agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
Adapun Isra’ itu sendiri ialah perjalan malam nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Sedangkan Mi’raj ialah naiknya nabi Muhammad ke atas langit menuju alam ulwi.
Para jumhur ulama’ mengatakan, ketika nabi Muhammad melaksanakan Isra’ wal Mi’raj beliau melaksanakannya dengan Jisimnya yang mulia bukan hanya ruhnya saja.
Adapun tujuan nabi Muhammad di Isra’ Mi’rajkan oleh allah SWT, bukan hanya untuk menerima perintah sholat 5 waktu, tapi inilah cara allah untuk menghibur kekasihnya yang mana sebelumnya nabi muhammad dilanda musibah, karena di tinggal wafat oleh paman dan istri tercintanya.
Sumber keterangan:
Kitab Siroh Nurul Yakin karya Syaikh Muhammad Al-Khodribik.
• Oleh: Muhammad Anggawi (Guru Ma’had Darut Tauhid Rapa Laok, Omben, Sampang).