Berita

Dianggap Tak Profesional, Brida Sumenep Dikomplain sejumlah Kampus

149
×

Dianggap Tak Profesional, Brida Sumenep Dikomplain sejumlah Kampus

Sebarkan artikel ini

Sumenep, Wartamadura.id – Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kabupaten Sumenep Jawa Timur tengah menjadi sorotan sejumlah kampus yang ada di kabupaten ujung timur Pulau Madura.

Pasalnya, dalam pelaksanaan program penelitian yang dilaksanakan oleh Brida Sumenep terdapat kejanggalan pada proses penetapan hasil seleksi yang dianggap tidak terbuka.

Tidak hanya itu, sejumlah kampus di Kabupaten Sumenep meragukan keprofesionalan Brida dalam melaksanakan program tersebut, sebab sangat mencolok dan terang-terangan melakukan tebang pilih atas kampus-kampus tertentu.

Ketidak profesionalan dan adanya indikasi main curang yang dilakukan oleh Brida Sumenep terlihat jelas saat poin hasil penelitian yang diumumkan berbeda dengan daftar kelulusan.

Adapun Skor Penilaian Proposal Penelitian untuk Pengajuan ke Brida Tahun 2025 yang di umumkan oleh Brida sebagai berikut :
1. Ahmad Walid-PENS: 780
2. Abd. Kirom-UNIA Prenduan: 915
3. Imalah-STIDAR: 975
4. Matroni-STKIP: 805
5. M. Lutfi-STAIM: 840
6. Nirwana-PENS: 905
7. Musfiq-STAIM: 900
8. Samsul-UNIJA: 935
9. Zainuddin-STKIP: 870
10. Luthfatul-UNIA Prenduan: 955
11. Ahmad-STIQNIS: 925
12. Nur Doddy-UNIJA: 915
13. Nurul Hidaya: 905
14. Amiruddin-INKADA: 940

Berdasarkan skor penilaian hasil penelitian di atas Stidar Ganding memiliki skor tertinggi, disusul Unia Prenduan, kemudian nomer urut 3 dan 4 Inkada dan Unija, sementara yang muncul sebagai yang lulus adalah Unija dan Pens.

“Kami tentu sangat kecewa melihat hasil yang diumumkan oleh Brida ternyata dari 14 proposal pengusul yang lulus hanya 2, itu pun tidak sesuai dengan nilai yang diberikan ke kami”, ungkap Amir LPPM Inkada.

Pihaknya menceritakan, bahwa dalam proses pengumuman semua kampus pengusul diundang, kemudiaan ditampilkan yang lulus dan tidak lulus di forum tersebut, tetapi semua yang hadir mendesak pihak penyelenggara untuk memberitahukan dipoin mana proposal yang diajukan sehingga dinyatakan tidak lulus.

“Waktu itu kami desak mempertanyakan seandainya jika ada yang perlu direvisi bagian mana yang perlu kami revisi, kemudian dikirimlah nilai semua yang 14 proposal itu, makanya saya tau, kayaknya itu kecolongan atau salah kirim data dari pihak Brida”, jelas Amir saat dikonfirmasi.

“Setelah saya cek ternyata nilai tertinggi itu dari Stidar Ganding, dibawahnya itu Al-Amin, urutan ketiga Inkada baru urutan ke 4 unija yang diloloskan itu, sementara yang pens berdasarkan nilai itu urutan ke 8, tapi kenapa yang lulus kok bisa Unija dan Pens yang nilainya dibawah kampus-kampus islam”, tegasnya sambil mempertanyakan keputusan itu.

Amir menceritakan ada kasat kusut bahwa Brida meragukan kampus-kampus tarbiah atau kampus-kampus islam yang ada di Sumenep, tapi caranya untuk beralibi sangatlah mencolok, sehingga kampus-kampus komplain atas kejadian tersebut.

“Kecewanya kita bukan lantaran ditolak karena sudah biasa proposal ditolak tapi tidak lulusnya itu tidak sesuai dengan nilai yang diterima, sementara pihak Brida bilangnya ada 21 kriteria dalam menilai proposal, setelah saya cek di Excel yang dikirim ke kita itu emang ada 21 kriteria, artinya nilainya ya itu sudah yang dikirim ke kita”, pungkasnya.

Pihaknya berharap dengan kejadian itu, Bupati Sumenep bisa mendengar dan tahu agar tidak terulang kembali, terlebih proposal yang diajukan oleh kampus-kampus yang berpartisipasi sudah keduakalinya, yang pertama tidak ada kejelasan, kedua kalinya malah terindikasi ada kecurangan.

Sementara itu, pihak Brida sampai berita ini dinaikkan belum ada tanggapan meski sudah dikonfirmasi melalui chat WhatsApp dan coba dihubungi via telepon WA. (Hor95)