Bulan maulid adalah bulan rabiul awal dalam kalender Hijriyah, akan tetapi akhir-akhir ini kebanyakan orang mengenalnya dengan bulan maulid, karena di bulan inilah ada suatu peristiwa yang sangat penting bagi seluruh ummat Islam.
Peristiwa yang terjadi di bulan rabiul awal ialah kelahiran sang banginda nabi tercinta, nabi Muhammad SAW, tepatnya pada hari Senin waktu subuh tanggal 12 Rabiul Awal di tahun gajah.
Dinamakannya tahun gajah, karena di tahun itu ada peristiwa besar yang mana ada tentara dengan menaiki gajah ingin menyerang Ka’bah, untuk dihancurkan oleh sebab itulah kelahiran nabi di namakan tahun gajah.
Pada saat kelahiran nabi Muhammad SAW, ada peristiwa menakjubkan yang sangat menggemparkan semua orang pada saat itu. Peristiwa tersebut antara lain, memancarnya cahaya yang menerangi sampai ke negeri Syam ketika lahirnya baginda nabi Muhammad SAW.
Selain itu, matinya api sesembahan orang Majusi, robohnya patung-patung di sekeliling Ka’bah, bergoyangnya singgasana raja Persia, surutnya sungai saweh dan banyak lagi peristiwa menakjubkan yang disebut secara perinci didalam kitab-kitab sejarah.
Dengan lahirnya sang keponakan, membuat pamannya yang bernama Abu Lahab sangat gembira. Sehingga Abu Lahab memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah, sebagai ungkapan rasa gembira dan senang atas lahirnya sang keponakan. Karena di masa itu merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi suatu suku arab, ketika memiliki anak atau keponakan laki-laki.
Oleh sebab itu, ada suatu riwayat hadits menerangkan bahwa Abu Lahab mendapatkan keringanan siksa, karena gembira atas lahirnya keponakan nya (nabi Muhammad) di setiap hari Senin.
Berdasarkan sejarah tersebut, pantaslah bagi ummat Islam sedunia ikut gembira dan senang, setiap kali datang bulan kelahiran baginda nabi Muhammad Saw. Karena nabi Muhammad SAW merupakan junjungan dan juru selamat bagi seluruh umat Islam dari dunia sampai surga.
Di era sekarang umat Islam di berbagai negara bermacam-macam meluapkan rasa cinta dan kasihnya, dalam menyambut kedatangan bulan kelahiran baginda nabi dengan sebuah perayaan seperti membaca sholawat bersama, tabligh akbar, makan bersama dan lain sebagainya selama hal tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Hal itu dilakukan tiada lain, karena rasa cinta mereka dan kasih sayang mereka kepada sang banginda nabi Muhammad SAW. Dengan adanya perayaan tersebut, maka kebanyakan masyarakat menyebutnya dengan perayaan maulid nabi yang diadakan rutin setiap setahun sekali ketika bulan maulid.
Sumber referensi:
Kitab Tarikhul Hawadits karya Abuya Assayid Muhammad Al-Maliki.
Oleh: Muhammad Anggawi (Guru Ma’had Darut Tauhid Rapa Laok, Omben, Sampang).