SUMENEP • Pernyataan inisial HW oknum Kepala Desa (Kades) Jukong-Jukong, Kecamatan Kangayan, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, viral di media sosial TikTok, nyaris membuat geram umat muslim.
Pasalnya, pernyataan yang dilontarkannya saat mengisi Wisuda Alumni ke-II Taman Kanak-kanak (TK) di lembaga pendidikan setempat, terkesan menistakan nabi dan wali.
Dalam video viral yang diunggah akun TikTok @sf.dln, berdurasi 59 detik, oknum Kades Jukong-Jukong menyebut bahwa nabi dan wali korupsi, hanya tuhan dan malaikat yang tidak korupsi.
Sontak, pernyataan orang nomor satu di Desa Jukong-Jukong tersebut, membuat geram warganet, serta memancing kontroversial hingga menimbulkan komentar miring dan pedas.
“Manabi manussah paneka taenggi korupsi sadejeh. Sadejeh korupsi. Sedangkan nabi ben para wali paneka korupsi. (Setiap manusia semuanya korupsi, sedangkan nabi dan wali juga korupsi),” ujar HW dalam pernyataannya.
“Kenapa korupsi ?, mungkin karena ada kekhilafan terhadap beleh tatangge, namun bisa saling memaklumi. (Kenapa korupsi ?, mungkin karena ada kekhilafan terhadap sanak saudara dan tetangga, namun bisa saling dimaklumi),” ucap HW.
“Setak korupsi neka duek faktor neka duek macem. Subhanahu Wata’la sareng malaikat, paneka tak korupsi. (Yang korupsi ini ada dua faktor, dua macam, yaitu tuhan dan malaikat yang tidak korupsi),” kata HW dalam video TikTok yang viral.
Menyikapi hal tersebut, salah satu tokoh agama di desa setempat, belum bisa berkomentar lebih jauh, dan tidak bersedia menilai atas statement oknum kades yang viral di medsos.
Terpisah, Kades Jukong-Jukong inisial HW saat dikonfirmasi awak media, tidak menampik atas pernyataannya yang viral tersebut. Bahkan, dirinya mengaku khilaf dan meminta maaf.
“Saya meminta maaf kepada umat muslim, para tokoh masyarakat, warga Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah,” ujar HW, dikutip dari salah satu media, Senin (03/07/2023).
HW juga mengaku salah, dan kembali meminta maaf kepada umat muslim dan para tokoh, khususnya yang ada di Kecamatan Kangayan, karena pernyataannya mengundang kontroversi. (red)